Sabtu, 28 September 2013

Aqilah Bukan Sekadar Imajinasi

Bahagia. Terharu. Nangis. Melankolis. Itu kondisiku pada beberapa bagian waktu hari ini. Udah lama jadi sanguinis, hari ini aku menjelma kembali menjadi si melankolis, tapi aku nggak menyesal sama sekali. Kalo nggak suka sama tulisan melankolis, nggak disaranin untuk baca sampai bawah. Hehe
Aku beralih dari niat nulis tulisan buat web korpus ke tumblr dan blog. Selalu jadi tempat pelarian yang tepat :)
Aku pernah berimajinasi mengenai seseorang yang salah duduk di bangku pesawat, seharusnya kelas ekonomi, tapi dia malah duduk di kelas bisnis. Beberapa bulan kemudian, aku mengalami hal itu, walaupun beda alat transportasi. Sekitar dua tahun lalu, aku berimajinasi tentang muallaf, membuat karakternya seolah hidup di sekitarku. Aku beruntung, mendapati karakter yang jauh lebih baik dari imajinasiku dan dia berada di dunia nyata, bukan imajinasi. Sebut saja Aqilah, nama dalam imajinasiku.
Lama tidak mengobrol dengannya, kalaupun ketemu, ya hanya bertegur sapa, tidak lebih. Dulu kami selalu asik bertukar peran menjadi pencerita maupun pendengar yang handal. Obrolan kehidupan kampus, pertemanan, hingga agama. Membicarakan agama lebih rentan sensitif dibandingkan membicarakan gelontoran dana yang masuk ke institusi karena ada perbedaan di sana. Dibandingkan topik lainnya, obrolan ini mengajakku menjadi pencerita yang penuh pemikiran karena nggak mau sok tahu menggelontorkan hal-hal yang mungkin belum sepenuhnya aku pahami. Bukan membanding-bandingkan agama, kami saling mendengarkan satu sama lain ketika membicarakan agama masing-masing. Kami tidak mengusung misi apapun, hanya sekadar berbagi cerita dan menjawab rasa penasaran kami mengenai beberapa hal.
Imajinasiku terwujud dalam bentuk yang nyata dan insya Allah lebih baik. Teman bertukar peran itu menemukan kehidupan barunya. Jalan yang aku yakin sebagai jalan terbaik untuknya. Jalan untuk menunaikan rukun Islam yang pertama.
Hari ini aku belum berhasil bertemu dengannya, tapi kabar mengenai dirinya sudah jauh dari cukup untuk membuatku tersenyum dan nyengir kuda :D
Dalam sebuah tulisan, dia menulis unfortunately not yet. Tenang ‘Aqilah’,fa inna ma’al ‘usri yusra, inna ma’al usri yusra :)
Aku belum tahu nama barunya, tapi aku senang memberinya nama itu. Haha

Rabu, 18 September 2013

Ada yang Kenal Mereka?



Perlu diingat, 'tiap pantai punya hal menarik yang berbeda'. Biasanya lihat pantai langsung lari ke bibir pantai, menerjang ombak, tapi kali ini tertahan di pintu masuk oleh beberapa penghuni laut. Dua penghuni laut ini (belum sempat kenal, jadi nggak tahu spesies apa) didapat dari Pantai Kukup dan Krakal. Mereka dijual ke pengunjung pantai.
Cara dapetinnya gimana? Kata penjualnya, cukup berenang atau jalan di permukaan laut saat laut surut, nggak perlu perahu. Penjual itu seolah tahu pengunjungnya mudah tertantang dan terpersuasi untuk hal-hal seperti itu. Katanya, lebih bagus lagi yang di Pantai Krakal.
Perjalanan berlanjut ke Pantai Krakal, air masih pasang. Sekitar jam 4 sore akan surut. Coba tanya-tanya ke ibu pemilik warung di sana, katanya udah nggak ada lagi yang tangkap ikan hias karena larangan penggunaan obat untuk penangkapan ikan. Jadi, ada beberapa hal yang belum terjawab: Mungkin nggak nangkap penghuni laut seunik itu di permukaan laut yang sangat dangkal? Gimana cara nangkapnya dan dengan apa?